Laman

Sabtu, 30 Juni 2018

Aktivitas Propolis: Anti Virus dan Anti Jamur


B. Anti Virus
Aktivitas in vitro dari 3-methyl-but-2-enyl caffeate yang diisolasi dari tunas pohon poplar untuk melawan virus Herpes simplex tipe 1 telah diteliti.  Para peneliti menemukan bahwa senyawa tersebut merupakan konstituen kimia minor dari propolis, tetapi efektif dapat mengurangi titer virus dan sintesis DNA virus secara (AMoros ewt al., 1994).  Juga diketemukan bahwa ferulated isopentyl (diisolasi dari propolis) secfara nyata menghambat infeksi virus influensa A1 Hong Kong secara in vitro (Serkedjieva et al., 1997). Pemberian ekstak air propolis menurunkan tingkat kematian dan meningkatkan survival tikus yang terinfeksi virus A/PR8?34 (HONI) (Ecsanu et al., 1981). Suatu triterpenoid yang disebut melliferone, tiga triterpenoid yang telah dikenal: moronic acid, anwuweizonic  dan betulonic acid, dan 4 senyawa aromatik yang telah dikenal dari propolis Brasil dan diuji untuk aktivitas anti-HiV dalam H9 lymphocytes. Moronic acid menunjukkan aktivitas anti-HiV yang signifikan (Ito et al., 2001).
 C. Anti Jamur
Ota et al. (2001) telah mempelajari aktivitas anti jamur (antifungal) propolis dalam uji sensitivitas peda 80 strain ragi Candida yang terdiri atas: 20 strain Candida albicans, 20 strain C. tropicalis, 20 strain C. krusei, dan 15 strain C. guilliermondii. Propolis menunjukkan aktivitas anti jamur terhadap 80 strain Candida tersebut secara nyata dengan urutan sensitivitas C. albicans> C. tropicalis> C. krusei> C. guilliermondii. Pasien dengan gigi palsu penuh yang menggunakan propolis dalam larutan alkohol menunjukkan pengurangan jumlah ragi Candidanya.
Kovalik (1979) meneliti 12 pasien dengan sinusitis kronis yang disebabkan oleh Candida albicans. Dia menemukan bahwa jamur dari 8 pasien sensitif terhadap propolis, kurang sensitif pada 2 pasien dan resisten pada 2 pasien. Pasien diberi propolis dalam bentuk emulsi alkohop-minyak. Emulsi (2-4 ml) diberikan kedalam sinus setelah dibilas (diirigasi) dengan larutan garam isotonik (setiap hari atau setiap 2 hari). Setelah 1-2 pemberian propolis, terdapat perkembangan kondisi yang membaik dan semakin membaik setelah 5-8 pemberian. Kesembuhanklinis dialami oleh 9 pasien dan perkembangan positif terjadi pada 3 pasien lainnya. Kesembuhan terjadi setelah 10-17 hari.
Pepeljnjak et al. (1982) menemukan bahwa ekstrak propolis murni pada konsentrasi 30 mg/ml dapat menekan pertumbuhan candida albicans, Aspergillus flavus, A. ochraceus, Penicillium viridicatum dan P. notatum. Mereka menemukan ahwa propolis pada konsentrasi 0.25-2.0 mg/ml menghambat pertumbuhan A. sulphureus hingga 10 hari, tetapi hanya pada konsentrasi tertinggi yang menunjukkan aktifitas anti-jamur yang definitif. Ochratoxin terdeteksi dalam kultur, tetapi konsentrasinya rendah pada 10 hari pertama. Pada kultur kontrol, jumlah Ochratoxin meningkat secara proporsional dengan pertumbuhan A. sulphureus, yang berkebalikan dengan konsentrasi propolis. Ektrak etanol propolis (EEP) menghambat 60 strain ragi, 30 strain cendawan (Cizmarik dan Trupl, 1976) dan Aspergillus parasiticus etrain NRRL 2998  (Ocan, 204).
  Paracoccidioidomycosis merupakan penyakit jamur (mycosis) sistemik pening di Amerika Latin. Penyakit ini disebabkan oleh Paracoccidoides brasiliensis, menular dari individu ke individu yang hidup di area endemik melalui napas yang menyebarkan conidia dan potongan miselia secara airborne. Penyakit ini mempengaruhi organ dan system yang berbeda-beda, dengan gejala-gejala klinis, dengan imunitas termediasi-sel adalah cara terbaik dalam pertahanan inang. Makrofagus peritoneal dari tikus BALB/C yang distimulasi dengan propolis Brasilia atau Bulgaria dan kemudian diberikan pada kultur P. brasiliensis. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aktivitas anti-jamur dari makrofagus yang distimulasi dengan propolis yang pengaruhnya tidak terkait dengan perbedaan grografi asal propolis (Murad et al., 2002).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar