4.
Anti Agen penyebab Tukak (Borok)
Madu dan
propolis sebagai pengelola luka-luka (ulcers) kronis pada kulit sudah ditemukan dan dilaporkan oleh Tossoun et al. (1997). Pengaruh penghambatan
propolis Bulgaria pada bakteri Helicobacter
pylory secara in vitro telah
ditelitioleh Boyanova et al. (2003). Aktivitas dari ekstrak etanol propolis (EEP)
30% telah dievaluasi pada 38 H. pylori yang
diisolasi secara klinis dengan metode difusi “agar-well”. Etanol 30% digunakan sebagai kontrol. Selain itu, pengaruh propolis pada
pertumbuhan 26 strain H. pylori dan
18 strain Campylobacter telah diuji
dengan metode difusi cawan petri (disc
diffusion dengan menggunakan 30, 60, dan 90 µl EEP atau 30 µl per lubang (well) masing-masing dengan ukuran
pertumbuhan 17.8, 21.2, 28.2 dan 8.5 mm. EEP secara signifikan melih aktif
dibanding etanol melawan H. pylori (P
< 0.001). Hasil-hasil yang diperoleh dengan metode difusi cawan menunjukkan
karakter yang sama. Penggunaan propolis basah (moist) menghasilkan diameter penghambatan pertumbuhan sebesar 21.4
mm untuk H. pylori dan 13.6 mm untuk Campylobacter spp. Propolis kering menunjukkan efek antibakteri
terhadap 73.1% isolat H. pylori,
dengan kecenderungan penghambatan diameter pertumbuhan (15 mm) pada 36.4%
isolat lainnya. Penggunaan propolis kering menunjukkan penghambatan diameter
pertumbuhan 12.4 mm untuk H. pylori dan 11.6 mm untuk Campylobacter spp. Mereka menyimpulkan bahwa propolis Bulgaria
menunjukkan aktivitas anti bakteri yang perlu dipertimbangkan untuk H. pylori dan dapat menghambat
pertumbuhan Campylobacter jejuni dan C. coli (Kimoto et al., 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar