2.
Anti-kuman dan Anti-parasit
Ekatrak etanol
propolis (EEP) dan ekstrak dimethyl-sulphoxide
propolis (DEP), aktif melawan Trypanosoma
cruzi (Higashi dan de Casro, 1995), dan lethal terhadap T. vaginaslis (Starzyk et al. 1977) – [Propolis juga mampu
menyembuhkan dan mencegah MALARIA – pengalaman pribadi, menjadi bekal praktis
selama bertugas di Papua dan Kalimantan].
3.
Anti Inflamatori (Peradangan)
Pengaruh ekatrak
etanol propolis (EEP) telah dievaluasi dengan adjuvant tikus arthritis. Pada inflamatori kronis hewan model,
indeks arthritis dapat ditekan oleh EEP (50 mg/kg/hari atau 100 mg/kg/hari,
P.O.). Selain itu kelemahan fisik yang disebabkan oleh tingkat keparahan
arthritis dapat dikurangi oleh EEP yang berbanding lurus dengan dosis. Efek
analgesik propolis ini diperoleh dengan uji kibasan-ekor, dan diperbandingkan
dengan prednisolone (2.5 mg/kg/hari,
P.O.) dan acetyl salicylic acid (100
mg/kg/hari, P.O.). Dalam edema kaki
belakang tikus carrageenan, yang
dilakukan untuk menguji pengaruh sub-fraksi EEP, sub-fraksi petroleum-ether (100 mg/kg, P.O.)
menunjukkan bahwa EEP menghambat pembengkakan kaki belakang, dan pada dosis 200
mg/kg, P.O. menunjukkan efek antiinflamatori yang nyata pada 3-4 jam setelah
injeksi carrageenan. Dari hasil ini
disimpulkan bahwa EEP memiliki efek anti-inflamatori pada inflamasi kronis dan akut (Park dan Kahng, 1999).
Caffeic acid phenethyl ester (CAPE), yang
merupakan diperoleh dari propolis sarang lebah madu, telah dibuktikan memiliki
kasiat anti-inflamatori. Setelah dibuktikan bahwa sel-T (T-cell) memainkan
peran kunci pada beberapa penyakit inflamatori, Marques et al. (2004) telah mengkaji aktivitas immunosuppressive CAPE pada Sel-T manusia, dan menemukan bahwa
senyawa fenolat ini merupakan ini memiliki potensi efek penghambatan pada
kejadian awal dan lanjut dalam Sel-T termediasi dan aktivasi Sel-T. Selain itu,
CAPE juga secara khusus menghambat transkripsi gen interleukin (IL)-2 dan sintesis IL-2 dalam Sel-T yang telah
distimulasi. Karakterisasi lanjut tentang mekanisme penghambatan dari CAPE pada
tingkat transkripsi, para peneliti menguji aktivitas DNA-binding dan
transkrisional dari faktor inti (NF)-κB, faktor inti dari sel-sel yang
teraktivasi (NFAT), dan aktivator protein-1 (AP-1) faktor-faktor transkripsi
dalam sel-sel Jurkat. Mereka juga menemukan CAPE menghambat aktivitas transkripsional NF-κB-dependent tanpa menyebabkan degradasi protein sitoplasma inhibitori
NF-κB, IBκB. Namun demikian, NF-B binding
ke DNA dan aktivitas transkripsional protein hibrida Gal4-p65 jelas-jelas
terlindungi dalam sel-sel yang diberi perlakuan Jurkat. Selanjutnya, CAPE
menghambat DNA-binding dan aktivitas transkripsional NFAT, suatu hasil yang
berkorelasi dengan kemampuannya untuk menghambat phorbol 12-myristate 13-acetate plus defosforilasi NFAT1 yang
diinduksi oleh ionomycin. Penemuan
ini membawa pandangan baru tentang mekanisme molekuler dari kasiat immunomodulatory dan anti-inflamasi
senyawa alami ini (CAPE).
Propolis
memiliki kasiat aktivitas enzim myeloperoxidase,
NADPH-oxidase (Volpert dan Elstner, 1996; Frenkel et al., 1993), omithine
decarboxylase, tyrosineprotein-kinase,
dan hyaluronydase pada sel-sel mast marmot (Miyataka et al., 1997). Deskripsi penuh kerja
anti-inflamatory propolis lebah madu telah dipresentasikan oleh de Almeida dan
Menezes (2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar